Jumat, 02 Mei 2014

Menerobos Logika



Hebat…! Keren…! Sungguh menakjubkan, mampu menggetarkan hati dan jiwa, mampu membangkitkan dan membakar semangat menjadi bergelora, baru aku temukan hal semacam ini, yang mampu membuat aku tak mampu memejamkan mata untuk tidur, tubuh bergetar saat memikirkannya, semakin ku pikirkan dan ku rasakan semakin membuat jiwa ini ingin mendaki untuk menggapainya. Inilah baru yang dinamakan mimpi, mimpi yang besar, mimpi yang mulia, mimpi yang mampu mencapai puncak kehormatan yang hakiki di akhirat kelak, jika aku mampu menggapainya di dunia ini.
Mimpi itu berawal dari kisah seorang Mufti muda yang hafal al-Qur’an pada usia sembilan tahun, yaitu Imam Syafi’i dan dari sebuah hadits yang aku baca, hadits itu berbunyi, “Orang yang menghafal Al-Qur’an, yang mempelajari dan menerapkan isinya, maka pada hari kiamat, ia akan diperkenankan memberi kedua orang tuanya mahkota dari cahaya. Sinarnya laksana matahari. Ia juga akan diperkenankan memberi perhiasan kepada orang tuanya. Lalu kedua orang tua itu berkata, “Kenapa aku diberi perhiasan seperti ini?” Malaikat menjelaskan, “Karena anak kalian yang telah menghafal Al-Qur’an. ” (H.R. Ahmad)
Aku memiliki 1001 impian yang telah ku ukir di lembaran-lembaran kertas, penuh dengan warna. Tapi yang menggetarkan hatiku, yaitu menghafal al-Qur’an. Dari sanalah, aku memulai mimpiku dengan menghafal Al-Qur’an, aku mulai merajut mimpiku dengan niat yang lurus dan ikhlas. Walau ku tahu, diriku bukanlah dari alumni pondok pesantren dan bukanlah bergelar keluarga yang agamis, hanya bergelar anak mantan ‘tukang cuci’ tapi mimpi untuk menjadi seorang Hafidzhoh tidaklah perlu gelar dan kedudukan, karena mimpi itu mampu di gapai oleh setiap ummat Muslim. Siapapun diriku, bila aku bersungguh-sungguh dalam kondisi bagaimanapun dan aku terus berusaha, aku yakin Allah akan mengirimkan jalan keikhlasan padaku dan membimbingku pada apa yang dapat mewujudkan cita-citaku dengan Ridho-Nya.
Aku tidak akan meninggalkan target yang telah ku rencanakan sampai aku berhasil mewujudkannya meskipun aku akan menghadapi berbagai rintangan. Bila seseorang telah melakukan sesuatu, maka aku pun pasti bisa melakukannya! Good Luck For You! “Semangatku dalam hati” Dengan harapan kelak diriku akan menjadi cahaya bagi keluargaku, cahaya yang memancarkan keridhoan-Nya.
Meniti Tangga Jannatul Firdaus memerlukan waktu yang lama dan memerlukan waktu yang sangat banyak. Begitu pula dengan menghafal dan menjaga hafalan, itulah yang harus aku pertanggung jawabkan seumur hidupku. Tapi tak ada jalan lain yang lebih selamat. Apapun konsekuensinya aku akan tetap kokoh pada mimpiku karena tekad yang bulat sudah terpatri dalam benakku. Aku katakan dalam hati dengan kemantapan dan kesungguhan hati.
Ku katakan dengan pelan dan lembut penuh keyakinan, “Duhai diriku yang selalu dalam naungan cinta dan kasih sayang-Nya, aku pastikan aku akan menjadi seorang Penghafal Al-Qur’an dan Fahmil Qur’an, orang yang hafal Qur’an dan mampu memahami isi al-Qur’an serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar. Jadilah aku seorang hamba yang Qur’ani.” Subhanallah, luar biasa! Semoga apa yang ku rasakan, apa yang ku pikirkan, itulah yang akan aku gapai bersama Ridho-Nya. “gumamku dalam hati” sambil mengelus dada diiringi dengan linangan air mata yang membanjiri hati dan jiwa, seakan mendapat guyuran hujan yang menyejukkan dan menyegarkan hati dan jiwa yang gersang ini.
Mimpi besar itu telah menyatu dalam raga ini, telah menyatu untuk mewujudkannya menjadi nyata. Aku akan mewujudkan mimpi itu lebih hebat, yaitu Sebulan Hafal Al-Qur’an. Walau konsep dan waktu yang terbaik buat menghafal belumlah ku temukan. Tapi aku yakin, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semua hal mungkin bagi-Nya, termasuk mimpiku ini.
Mulailah ku tuliskan mimpi itu dalam sebuah kertas putih dalam ukuran yang besar, ku tulis tanggal, bulan dan tahun kapan aku akan menyelesaikan hafalanku.
Dengan keyakinan yang mantap, ku tulis di lembaran itu “Aku akan menyelesaikan hafalan al-Qur’an 30 Juz ku dengan baik dan benar”. Ku tempel kertas itu di tembok dekat tempat tidurku, agar sebelum tidur dan bangun tidur selalu teringat dengan mimpiku. Semakin ku lihat, semakin kuat dan mantap hatiku. Duhai Allah inilah mimpiku, ku yakin esok hari mimpiku akan menjadi nyata. “harapanku dalam hati”
Aku mulai menata hatiku dengan memperbaiki niat, membulatkan tekad, merangkai harapan dengan doa, membalut mimpi dengan ketulusan,  menghiasi kemantapan dengan keikhlasan, mewujudkan cita-cita dengan ikhtiar, menggapai prestasi dengan bertawakkal, kemenangan dan keberhasilan Allah-lah yang akan menyempurnakan. “Allahu Akbar, semangatku yang bergelora di hati!”
Aku mulai mencari dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan menghafal al-Qur’an, hingga ku temukan buku yang sesuai dengan targetku, yaitu Sebulan Hafal Al-Qur’an. Girangnya hatiku menemukan buku itu, semakin menambah semangat di hatiku untuk menghafal al-Qur’an. Segera aku baca dan aku cermati buku itu dengan lebih dalam dan mendetail, aku tak akan membiarkan setiap babnya sampai terlewatkan, karena setiap bab sangat penting sekali bagiku. Bolak-balik aku membaca buku itu, akhirnya selesai lah semua bab dalam buku itu aku baca, dan sekarang aku telah menemukan cara untuk menghafal al-Qur’an dengan target Satu Bulan.
“Dahsyat!” kata itu yang keluar saat aku memantapkan hati untuk merencanakan target selanjutnya sesuai anjuran buku yang sudah selesai aku baca. Aku atur waktuku untuk menghafal al-Qur’an, waktu yang istimewa, waktu yang sunyi dan sepi dari keramaian, hanya aku dan al-Qur’an. Waktu yang mendebarkan jantungku, hingga bergetarlah seluruh tubuhku, yaitu waktu di pertengahan malam.  Aku harus mempunyai waktu empat jam setiap harinya. Setiap 10 menitnya aku harus mampu menghafal satu halaman, setiap satu jam aku sudah mampu menghafal enam halaman, dan empat jam terakhir aku telah berhasil menghafal Satu Juz, dua lembar. “Masya Allah, hebat dan luar biasa sekali” gumamku dalam hati. Aku harus mulai mengatur waktu dengan baik dan bijak, agar semua pekerjaanku tidak ada yang terbengkalai. Menghafal pun jadi lebih tenang dan nyaman. Empat jam termasuk waktu yang istimewa, selama empat jam itu aku harus benar-benar fokus. Fokus, fokus dan fokus! Itu jawabannya.
Berarti dalam satu hari, aku mampu menghafal Satu Juz, dua lembar. Hal itu luar biasa, mimpi besar itu akan terwujud hanya dengan Ridho-Nya. “Ya Allah, Engkaulah Pemilik dan Penjaga Al-Qur’an yang suci ini, berikanlah kemudahan dan keistiqomahan kepadaku dalam mewujudkan mimpiku ini, Sebulan Hafal al-Qur’an. Tiada daya dan upaya yang mampu ku lakukan tanpa adanya Ridho dari-Mu. Engkaulah yang Maha Berkehendak. Semoga Engkau Menghendakiku. Sehingga sempurnalah mimpiku menjadi Hafidzhoh. Aamiin” mulai mengatur waktu dengan baik dan bijak, agar semua pekerjaanku tidak ada yang terbengkalai.
“Memang setiap niat yang baik akan selalu diuji dengan berbagai hal, seperti halnya saat ini awal aku memulai menghafal Al-Qur’an” sapaku dalam hati. Masalah demi masalah datang silih berganti, hingga membuat hati ini jadi tak menentu, membuat suasana menjadi kering dan gersang. Ucapan yang datang menyambar tanpa diharapkan kehadirannya, bak petir yang diselimuti guntur yang suaranya menggelegar, dan seakan siap menghantam dan menyambar pepohonan atau orang yang ada dibawahnya, “memangnya kamu mampu menghafal dalam waktu Satu Bulan, itu mustahil. Paling lama orang-orang menghafal itu satu sampai tiga tahun, dan yang paling cepat itu tiga atau sampai empat bulan. Anak Pesantren saja belum ada yang Hafal al-Qur’an Satu Bulan. Loch ini malah kamu mau menghafal Satu Bulan, apalagi kamu bukan lulusan anak pesantren. Tidak usahlah terburu-buru, dan tidak usahlah bermimpi terlalu tinggi, nanti ketiban tangga kan sakit.” Wuiiihhh mantap sekali ucapan itu, mampu menggolakkan hati dan jiwaku, bagaikan air panas yang mendidih.
Tidak mampu aku berkata-kata, hanya mampu meluapkannya dengan air mata, tidak mampu aku menjawab, hanya mampu meluapkan amarah dengan harapan dan doa, tidak mampu aku untuk marah, hanya mampu meyakinkan hati bahwa Allah lah yang Maha Pengabul setiap Doa, tidak mampu aku berjanji dihadapan mereka yang merendahkanku, hanya mampu membuktikan dengan ikhtiar yang nyata, kesungguhan yang membara, kerja keras yang tiada henti, ketulusan dan keikhlasan yang suci, biarlah Allah yang menyaksikan semua ini.
 Aku yakin janji Allah itu pasti, Allah tak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dan Istiqomah dijalan-Nya. Aku yakin itu! Dan semuanya aku kembalikan kepada-Nya. Setelah ku mendengar ucapan itu, hati ini sempat terkoyak dan tersayat-sayat, sakit dan pilu sekali. Aku memang manusia biasa, aku memang manusia yang terbatas, tapi aku punya Allah Dzat yang tak terbatas kekuasaan ataupun kehendak-kehendak-Nya. Aku akan melompat jauh menerobos logikaku. Aku akan melompati logika yang sangat terbatas menuju Dzat yang tak terbatas, yaitu Allah Swt. Aku akan datang kesana untuk melepaskan semua kemustahilan-kemustahilan itu. Aku akan memandang kearah sana, agar segala kemungkinan bisa terjadi. Karena di dalam hidupku, aku hanya mau menerima satu hal kemungkinan, yaitu kemungkinan akan sebuah keharusan hidup yang lebih baik dan lebih hebat dari sebelumnya. Aku tahu, aku yakin, aku mau, aku bisa, dan aku mampu. Luar Biasa!
Dari semangat itu, terasa angin segar menyapa hatiku, menyegarkan seluruh saraf-sarafku yang tegang menjadi rileks, segar dan lega sekali rasanya. Terima kasih masalah, karena hadirmu membuatku semakin kuat dan tangguh untuk memperjuangkan mimpi besarku. Tanpamu mungkin aku akan terkulai lemah tak berdaya.
Kini, apapun masalah yang terjadi, ucapan apapun yang menyakitkan dan mengoyak hati, aku akan selalu fokus untuk meraih goal ku, meraihnya tepat waktu. Bersikap istiqomah dalam segala hal kebaikan sama dengan memupuk dan menyiram pohon Iman, sehingga ia akan tetap tumbuh segar dan tak layu.
Alhasil, keimanan dan kesucian jiwa dapat terus terangkat menuju derajat yang sempurna. Istiqomah, I’m Coming!
Mimpi itu besar, kesuksesan yang akan aku gapai pun besar. Kesuksesan Besar itu milik mereka yang menyandarkan kepada yang Maha Besar, begitu pula dengan diriku. Aku harus hidup dengan Tuhan Sang Pemberi segala. Dialah yang mampu menolongku menghadapi hidup dan masa depanku. Dialah satu-satunya dambaanku yang mampu menyayangi dan mencintaiku yang penuh dengan kekurangan ini. Aku ingin hidup indah bersama-Nya, aku ingin menjadi keluarga-Nya di dunia ini, dengan menjadi Penghafal Al-Qur’an.
Barulah ketenangan dan kenyamanan ku rasakan. Sapaan lembut bunda, membuatku bergetar kembali. Sungguh perjalanan yang panjang dalam menuju sebuah proses perubahan dan kebaikan. Kuatkan hatiku duhai Kekasih.
“Ya bunda, ada apa? Ada yang bisa ku bantu untuk bunda?”
“tidak ada nak, bunda hanya ingin berbicara sesuatu padamu?”
“silahkan bunda.” Suara saya seperti tertahan, rasanya seperti di tengah labirin, lorong-lorong bermunculan di hadapan.
“Duhai anakku tercinta sungguh sebenarnya apa yang menjadi tujuan hidupmu? Bersungguh-sungguhlah menjalani hidupmu dengan penuh karya dan prestasi yang manfaat serta bersungguh-sungguhlah meraih mimpi dan cita-citamu. Umur mu sudah dewasa bahkan sudah bukan anak-anak lagi.”
“Duhai Bunda, tujuan hidupku adalah meraih Ridho dan Cinta Allah serta Ridho dan cinta dari ayah dan bunda. Aku akan meraih mimpiku dengan segera, doa kan agar aku menjadi anak yang sholehah dan sukses meraih mimpiku bun.”
“Anakku sayang, bunda senantiasa selalu mendoakan yang terbaik untuk mu, memohon agar senantiasa Allah memberikan kebaikan dunia wal akhirat untuk mu nak. Semoga Allah selalu membimbingmu pada apa yang dapat mewujudkan mimpi dan cita-citamu.”
“Aamiin. Bunda terimakasih atas semuanya.” sambil memeluk bunda, tak terasa air mata telah membasahi pipi. Pelukan yang hangat, penuh cinta dan kasih sayang. Terasa damai dan sejuk sekali.
Bunda, walau hanya singkat dialog antara kita, tetapi itu merupakan teguran yang begitu besar untukku. Betapa besar harapan engkau padaku, harapan bahwa aku akan menjadi anak yang sukses, hebat dan luar biasa. Aku pun berharap agar senantiasa diriku mampu membahagiakan engkau bunda.
Kini, aku sadar, bahwa setiap ucapan, setiap sikap, setiap teguran orang tua kepadaku, itu merupakan kasih sayang, cinta, perhatian mereka kepadaku, dengan selalu memperhatikan gerak-gerikku dalam keseharian. Tapi terkadang aku tidak pernah menyadarinya. Aku malu padamu, yang tak sempurna memberikan cinta dan kasih sayang serta perhatianku untukmu dan untuk ayah tercinta. Ayah dan Bunda, doa kan aku anakmu agar  menjadi anak solehah dan doakan aku agar aku mampu membahagiakan kalian di dunia dan akhirat. Perjuangan dan pengorbanan kalian tak akan pernah bisa di bayar dengan apapun, tapi Restuilah aku, agar aku mampu melukis senyum indah di wajah kalian dengan Prestasi dan kesuksesanku. Doa kan aku Ayah dan Bunda.
Sapaan yang luar biasa, untuk mimpi yang luar biasa pula. Terima kasih Allah atas karunia dan kasih sayang-Mu sungguh luar biasa, Engkau hadirkan Kedua Orang Tua yang baik, di hatinya penuh cinta dan kasih sayang untukku. Pahala hafalan al-Qur’an ku, aku hadiahkan dan aku khususkan untuk mereka berdua, semoga Rahmat dan Ridho Allah selalu menyertai Ayah dan Bunda.
Sempurna sekali rasanya perjuangan dan mimpiku, karena semua itu dibalut dengan doa dan restu dari kedua orang tua, dan kasih sayang yang selalu mengalir indah dalam hidupku. Terasa ringan sekali aku melangkah dan menggapai mimpiku, semakin kuat dan yakin bahwa Aku Pasti akan menggapai mimpiku dengan tepat waktu. Akan aku sambut engkau dengan senyum ceria serta sambutan penuh kehangatan dan kebahagiaan.
Semakin terlihat jelas hadirmu di pelupuk mataku, begitu dekat, sangat dekat sekali! Aku tak sekedar menanti, aku tak sekedar bermimpi, tapi aku akan datang untuk meraih dan menggapaimu. Bulan ini aku mulai dengan mengkhatamkan al-Qur’an lebih dulu dengan membacanya dengan rutin. Setelah itu baru ku mulai dengan menghafal al-Qur’an setiap harinya dengan rutin, sampai mencapai targetku. Sebulan Hafal al-Qur’an!
Tapi, semua ku kembalikan pada-Nya. Kalau pun meleset dari target, masih ada target selanjutnya, paling terpenting adalah Istiqomah untuk menjaga hafalan. Niat yang tulus, ikhlas dan suci, senantiasa akan selalu mendapat pertolongan dan bimbingan-Nya.
Bismillah…
Aku mulai melangkah untuk menggapai mimpiku.
Mohon Ridho-Mu duhai Allah swt.
Mohon do’a darimu duhai kekasih, Nabi Muhammad Saw.
Mohon do’a darimu Ayah dan Bunda.
Mohon do’a dari kalian sahabat-sahabatku.
Allah selalu bersamaku, bersamamu, bersama kalian semua.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda