Irama Cinta dalam Jiwa
Angin
bertiup amat pelan. Terpaannya yang lemah hanya bisa menggoyangkan dedaunan di
pucuk-pucuk pohon. Jauh diatas sana, bias sinar bulan terlihat begitu indah
menghiasi kisi-kisi langit yang bermandikan cahaya.
Ku
dendangkan alunan irama yang penuh syahdu, yang bergelora di dalam qalbu,
“Duhai Allah Beri Aku Satu Bidadari, agar gelisah ini, resah ini, debar ini,
getar ini mendapatkan muara penumpahannya. Duhai Allah… berikan aku satu
bidadari, agar kelelahan ini menemui tempat peristirahatan. Duhai Allah…
berikan aku satu bidadari, agar jihad ini mendapatkan penguatan. Duhai Allah…
aku butuh bidadari, berikan aku satu bidadari,” Mencoba menumpah harapan pada
Pencipta seluruh bidadari.
Rindu
mulai menerpa hati, membuat hati selalu berirama tak menentu, merindukan ia
yang selalu dinanti, walau tak tahu siapa yang akan datang untuk menghampiri,
menjemput dan menjadikan diri ini sebagai permaisurinya yang halal dan suci,
menjadi kekasih hatinya dengan harapan Allah Ridho pada jalinan kasih yang
tersemai di dalam hati. Ku rasa hal yang ku rasakan ini, hal yang wajar, karena
setiap insan pasti punya rasa rindu, “gumamku dalam hati”. Ku yakin Allah akan
memberikan satu bidadari untukku.
Rinduku
ibarat perut yang sedang lapar, saat perut terasa lapar, maka ia membutuhkan
makanan untuk menghilangkan rasa lapar itu. Saat tenggorokan yang haus, maka ia
membutuhkan beberapa teguk air untuk menghapuskan dahaganya. Tetapi, saat hati
yang haus karena cinta, apakah ia juga membutuhkan sesuatu? Jawabannya adalah
Iya. Ia juga membutuhkan sesuatu untuk mengobatinya dengan kehadiran seseorang
yang dicintainya.
Ku
rasakan rinduku sedang berada dalam pusarannya, saat seperti inilah kadang jiwa
akan terhuyung-huyng dalam puncak kebingungan. Ku mohon duhai Allah, kuatkan
aku, sehingga aku mampu mempunyai tambatan yang kukuh, yang berupa rasa cinta
yang lebih tinggi, yakni cinta kepada-Mu.
Ditemani
dinginnya malam, ku mencoba menyelaraskan irama hati dengan pikiranku, agar tak
larut dalam kabut kerinduan yang belum ku ketahui ujungnya, terdengar lirik
lagu yang sempat mengusik hati dan jiwa, membuyarkan lamunanku. Seakan terasa
serasi dengan irama hati yang mulai berhenti dengan dendangannya. Ku dengarkan
lagunya, tanpa ku sadari, aku pun larut di dalamnya.
“Bertuturlah cinta
Mengucap satu nama
Seindah goresan sabda-Mu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus Hati ini
Kusandarkan hidup dan matiku pada-Mu
Mengucap satu nama
Seindah goresan sabda-Mu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih
Mengutus Hati ini
Kusandarkan hidup dan matiku pada-Mu
Bisikkan doaku
Dalam butiran tasbih
Kupanjatkan pintaku pada-Mu Maha Cinta
Sudah di ubun-ubun cinta mengusik resah
Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit
Dalam butiran tasbih
Kupanjatkan pintaku pada-Mu Maha Cinta
Sudah di ubun-ubun cinta mengusik resah
Tak bisa kupaksa walau hatiku menjerit
Ketika Cinta bertasbih Nadiku berdenyut merdu
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud sukur padamu atas segala cinta”
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud sukur padamu atas segala cinta”
Lagu yang didengar telah selesai, barulah ku tahu ini
Lirik Lagu “Ketika Cinta Bertasbih”. Begitulah ketika hati sedang berdendang,
dengan dendangannya yang syahdu, hal yang menyangkut dengan suasana hati, maka
akan larut di dalamnya. Seperti gula yang larut di dalam air.
Kini di dalam hatiku hanya ada satu nama… Hanya ada
satu ketukan… Hanya ada satu detakan… Hanya ada satu irama… Hanya ada satu
jawaban… Hanya namamu, namamu yang sudah Allah tetapkan di Lauh Mahfudz
untukku… Ku akan menantimu dalam setiap sujud dan do’aku.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda